Artikel, Eksisjambi.com – Sejak lahir, setiap manusia sudah membawa keistimewaannya sendiri.
Keunikan itu bisa berupa cara berpikir, bakat, pengalaman hidup, bahkan kelemahan yang justru membentuk karakter. Namun, di tengah kehidupan modern yang penuh tekanan sosial,
banyak orang terjebak dalam dorongan untuk menjadi seperti orang lain, Fenomena ini terlihat jelas di era media sosial.
Derasnya arus informasi kerap menampilkan standar kebahagiaan dan kesuksesan yang seragam: rumah mewah, pekerjaan bergengsi, atau penampilan fisik ideal.
Ketika seseorang terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain, potensi asli yang dimiliki justru terabaikan.
Nilai sejati manusia tidak di tentukan oleh keseragaman, melainkan dari keberanian menampilkan perbedaan.
Dengan menjadi diri sendiri, seseorang tidak hanya menjaga keaslian (otentisitas), tetapi juga memberi kontribusi yang unik dan tidak tergantikan.
Pemikir Masson menegaskan, meniru boleh di lakukan sebagai sarana belajar, tetapi tidak seharusnya menjadi tujuan hidup.
Inspirasi dari orang lain penting, namun tetap perlu disesuaikan dengan jati diri masing-masing.
Dunia tidak membutuhkan salinan yang seragam. Justru, kehadiran individu dengan warna berbeda akan saling melengkapi dan memperkaya kehidupan sosial
Karena itu, tugas manusia adalah merawat keunikan, mengolahnya menjadi kekuatan, serta berani menempuh jalan hidup yang mungkin tidak sama dengan orang lain.
Dengan begitu, setiap orang bisa hidup penuh makna tanpa kehilangan jati diri.(*)







