JAKARTA – Anggota Komisi I DPR RI Fraksi Partai NasDem, Amelia Anggraini, menegaskan bahwa modernisasi pertahanan nasional tidak cukup hanya berfokus pada penguatan alat utama sistem senjata (alutsista), tetapi juga harus mencakup peningkatan kapasitas sumber daya manusia, strategi, serta tata kelola pertahanan di era perang modern saat ini.
Menurut Amelia, transformasi digital dalam dunia pertahanan menuntut keseimbangan antara penguasaan teknologi (hardware) dan pengelolaan sistem pertahanan yang berlandaskan nilai, etika, serta strategi yang matang (software).
“Modernisasi pertahanan bukan hanya persoalan hardware seperti alutsista, tetapi juga software, yaitu strategi, tata kelola, dan nilai-nilai yang kita tanamkan di dalam sistem pertahanan itu sendiri,” ujar Amelia dalam keterangannya, Kamis (9/10/2025).
Ia menilai, tanpa tata kelola yang baik dan strategi yang adaptif, kemajuan teknologi pertahanan berpotensi di salahgunakan atau tidak optimal dalam menjaga kedaulatan negara. Karena itu, TNI di dorong untuk terus mengembangkan kemampuan analisis, sistem kendali, dan interoperabilitas antar-matra yang berbasis digital.
“Transformasi digital menuntut sinergi antara TNI, industri pertahanan, lembaga riset, dan DPR RI sebagai pengarah kebijakan. Kita tidak hanya harus menguasai teknologi pertahanan, tetapi juga mengendalikan nilai-nilai yang menuntun penggunaannya,” tegas Amelia.
Politisi NasDem itu juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor agar pembangunan pertahanan nasional tidak berjalan parsial. Ia menilai, kerja sama antara lembaga riset dan industri dalam negeri akan mempercepat kemandirian teknologi sekaligus memperkuat daya saing pertahanan Indonesia di kawasan.
“Ke depan, arah modernisasi TNI harus mampu menjawab tantangan perang modern yang serba digital dan multidimensi. Karena itu, strategi pertahanan yang komprehensif dan berbasis nilai menjadi hal yang tidak bisa di tawar,” pungkasnya.(*)







