Eksisjambi.com – Kisah penuh hikmah datang dari sosok ulama besar abad ke-21, Abuya Sayyid Muhammad bin Sayyid Alawi al-Maliki al-Hasani, seorang alim ulama Ahlussunnah Wal Jamaah yang dikenal luas di dunia Islam. Dalam sebuah peristiwa spiritual, beliau pernah bermimpi bertemu Rasulullah SAW yang menyampaikan kecintaan khusus kepada umat Islam asal Indonesia.
Abuya Sayyid lahir di Makkah pada tahun 1365 H/1945 M. Sejak kecil, beliau tumbuh dalam lingkungan ilmu di bawah asuhan ayahandanya, Sayyid Alawi al-Maliki. Setelah sang ayah wafat pada 1971, Abuya dipercaya untuk melanjutkan syiar dakwah dan majelis taklim yang dirintis keluarganya.
Pada tahun 1970, Abuya meraih gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar, sekaligus menjadi dosen di Universitas Ummul Qura Makkah dan Universitas King Abdul Aziz. Namun, beliau kemudian memilih fokus mengajar di majelis taklim yang didirikannya sendiri. Selama hidup, beliau menulis lebih dari 100 kitab, banyak di antaranya diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk Indonesia.
Suatu ketika, Abuya Sayyid bersama rombongan ulama berziarah ke makam Rasulullah SAW di Madinah. Di sana, beliau mengalami kasyaf—tersingkapnya hijab batin—dan berjumpa langsung dengan Nabi Muhammad SAW.
Dalam perjumpaan itu, beliau melihat banyak orang berkerumun di belakang Rasulullah. Abuya lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah mereka?”
Rasulullah menjawab, “Mereka adalah umat yang sangat mencintaiku, dan aku juga sangat mencintai mereka.”
Abuya bertanya lagi, “Dari mana mereka berasal, wahai Rasulullah?”
Rasulullah pun menjawab singkat namun penuh makna: “Indonesia.”
Mendengar jawaban itu, Abuya Sayyid terharu hingga menyatakan bahwa dirinya pun sangat mencintai orang-orang Indonesia.
Kecintaan Abuya kepada Indonesia bukan sekadar ucapan. Beliau mendirikan pondok khusus untuk para santri asal Indonesia, kerap memberi hadiah buah tangan kepada tamu dari Nusantara, dan tak jarang berkunjung langsung ke tanah air untuk berdakwah.
Kisah ini kemudian menjadi masyhur di kalangan pesantren. Banyak yang meyakini bahwa salah satu alasan Nabi Muhammad SAW mencintai umat Islam Indonesia adalah ekspresi keberagamaan masyarakatnya yang penuh cinta, toleransi, serta kerinduan mendalam kepada Rasulullah.
Menjelang wafat, Abuya bahkan mengundang seorang habib asal Indonesia untuk menemaninya hingga akhir hayat. Beliau berpulang pada 15 Ramadhan 1425 H (30 Oktober 2004 M) dan dimakamkan di Ma’la, Makkah, dekat makam Sayyidatina Khadijah binti Khuwailid.
Semoga kisah ini menjadi pengingat bahwa cinta Rasulullah kepada umat Indonesia adalah anugerah yang harus dijaga dengan meningkatkan iman, takwa, dan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. Lahu al-Fatihah.(*)